Monday, March 25, 2013


TEORI PERTUKARAN SOSIAL (SOCIAL EXCHANGE THEORY)


Asumsi Teori Pertukaran Sosial

Asumsi-asumsi dasar teori ini berasal dari sifat dasar manusia dan sifat dasar hubungan. Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar manusia adalah sebagai berikut :

1.      Manusia mencapai penghargaan dan menghindari hukuman.
Pemikiran bahwa manusia mencari penghargaan dan menghindari hukuman sesuai dengan konseptualisasi dari pengurangan dorongan (Roloff, 1981). Pendekatan ini berpendapatan bahwa perilaku orang dimotivasi oleh suatu mekanisme dorongan internal. Ketika orang ,merasakan dorongan ini, mereka termotivasi untuk menguranginya, dan proses pelaksanaannya merupakan hal yang menyenangkan.

2.      Manusia adalah makhluk rasional.
Bahwa manusia adalah makhluk rasional merupakan asumsi yang penting bagi teori pertukaran sosial.

3.      Standar yang digunakan manusia untuk mengevaluasi pengorbanan dan penghargaan bervariasi seiring berjalannya waktu dan dari satu orang ke orang lainnya.
Asumsi ketiga, menunjukkan bahwa teori ini harus mempertimbangkan adanya keanekaragaman. Tak ada satu standar yang dapat digunakan pada semua orang untuk menentukan apa pengorbanan dan penghargaan itu.

Asumsi-asumsi yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar dari suatu hubungan :

1.      Hubungan memiliki sifat saling ketergantungan
Dalam suatu hubungan ketika seorang partisipan mengambil suatu tindakan, baik partisipan yang satu maupun hubungan mereka secara keseluruhan akan terkena akibat.

2.      Kehidupan berhubungan adalah sebuah proses
Pentingnya waktu dan perubahan dalam kehidupan suatu hubungan. Secara khusus waktu mempengaruhi pertukaran karena penglaman-pengalaman masa lalu menuntun penilaian mengenai penghargaan dan pengorbanan, dan penilaian ini mempengaruhi pertukaran-pertukaran selanjutnya.

Referensi
Theories of Communication Networks (paperback), Peter R. Monge & Noshir Contractor
TEORI ANALISIS INTERAKSI (BALES)


Adalah sistem keseimbangan,semua unsur unsur berada dalam keadaan seimbang.

Ada tiga tahap dalam model bales,yaitu:

1.       Orientation Phase,pada tahap orientasi, anggota yang baru masuk dalam suatu kelompok atau baru mendirikan suatu kelompok akan bertanya, mencari dan saling member informasi mengenai tujuan klompok dan hakekat tugas-tugas dalam kelompok.Pada tahap ini anggota kelompok akan mencari konfirmasi dan melakukan orientasi keberadaan kelompok tersebut.

2.       Evaluation Phase,pada tahap evaluasi pertanyaan yang diajukan anggota kelompok berkisar seputar peran anggota kelompok dalam tugas-tugas atau pekerjaan yang dilakukan oleh kelompok.Pada tahap ini terjadi semacam pengekspresian opini dan perasaan dari anggota kelompok tentang berbagai isu yang berkembang.

3.       Control Phase,para anggota kelompok akan saling membuat statement dan mencari serta member petunjuk terhadap sesama anggota.Disini akan bermunculan pendapat-pendapat yang positif atau negative dari anggota kelompok secara substansial.Pada tahap ini akan mulai tampak solidaritas kelompok dan minat mereka dalam kelompok.


Referensi

Teori Komunikasi, Little John

Sunday, March 24, 2013



TEORI KESEIMBANGAN (HEIDER)


Ruang lingkup teori keseimbangan (balance theory) dari Heider adalah mengenai hubungan-hubungan antarpribadi. Teori ini berusaha menerangkan bagaimana individu-individu sebagai bagian dari struktur sosial (misalnya sebagai suatu kelompok) cenderung untuk menjalin hubungan satu sama lain.

Teori Heider memusatkan perhatiannya pada hubungan intra-pribadi (intrapersonal) yang berfungsi sebagai “daya tarik”, yaitu semua keadaan kognitif yang berhubungan dengan perasaan suka dan tidak suka terhadap individu-individu dan objek-objek lain.

Teori Heider merupakan penjelasan yang sangat menarik tentang gejala-gejala kelompok dan menyediakan bagi para sarjana komunikasi beberapa cara yang bermanfaat untuk melihat kelompok yang mempunyai hubungan dengan kejadian-kejadian intra-pribadi yang berkaitan dengan dimensi-dimensi struktural dari perasaan suka. Teori ini mungkin juga bermanfaat untuk menerangkan beberapa kehadiran komunikasi terbuka di dalam kelompok, walau tidak secara langsung berhubungan dengan tingkah laku pesan.

Teori keseimbangan berkenaan dengan cara seseorang menata sikap terhadap orang atau benda dalam hubungannya satu sama lain di dalam struktur kognitifnya sendiri. Sebagian besar penulis biasanya memuji Fritz Heider (1946) dengan pernyataan pertamanya tentang teori konsistensi, meskipun konsep infomal itu dapat di telusuri kembali pada karya sebelumnya (lihat Keisler, Collins dan Miller, 1969). Sebagai seorang psikolog Heider peduli terhadap cara seseorang menata sikap terhadap orang dan benda dalam hubungannya satu sama lain di dalam struktur kognitifnya sendiri. Heider (1958) mengemukakan bahwa keadaan yang tidak seimbang menimbulkan ketegangan dan membangkitkan tekanan tekanan untuk memulihkan keseimbangan. Dia mengatakan bahwa "Konsep Keadaan Seimbang Menunjukan Sebuah Situasi Yang di dalamnya Unit-unit Yang Ada Dan Sentimen-sentimen Yang Di Alami "Hidup" berdapingan tanpa tekanan".

Dalam konsep Heider, tingkat kesukaan tidak bisa direpresentasikan sebuah hubungan bisa positif atau negatif. diasumsikan bahwa sebuah keadaan seimbang adalah stabil dan menolak pengaruh-pengaruh dari luar. Keadaan tidak seimbang di asumsikan tidak stabil dan menciptakan ketegangan psikkologis dalam diri seseorang. Ketegangan ini "Mereda Hanya Apabila Perubahan didalam Situasi Tersebut Terjadi Sedemikian Rupa Sehingga Tercapai Keadaan Seimbang". Hal ini menentukan secara tepat ketertarikan komunikator pada teori tersebut karena dia menunjukan sebuah model perubahaan sikap dan penolakan terhadap sikap. Keadaan Yang tidak seimbang, sebagai keadaan yang tidak stabil, rentan untuk berubah menjadi seimbang. Keadaan seimbang, sebagai keadaan stabil, menolak keadaan.

Referensi
Teori Komunikasi, little john
Komunikasi Kelompok, Alvin A. Goldberg  & Carl E. Larson


TEORI DISONASI KOGNITIF



Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut.Istilah disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger pada tahun 1950an.

Teori disonansi kognitif memiliki sejumlah anggapan atau asumsi dasar diantaranya adalah:
Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya. Teori ini menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia yang mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi.

Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi biologis. Teori ini merujuk pada fakta-fakta harus tidak konsisten secara psikologis satu dengan lainnya untuk menimbulkan disonansi kognitif.

Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan dengan dampak-dampak yang tidak dapat diukur. Teori ini menekankan seseorang yang berada dalam disonansi memberikan keadaan yang tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan tindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut.

Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi. Teori ini beranggapan bahwa rangsangan disonansi yang diberikan akan memotivasi seseorang untuk keluar dari inkonsistensi tersebut dan mengembalikannya pada konsistensi.

Salah satu contoh dari disonansi kognitif adalah fabel dari Aesop yang berjudul "Serigala dan Anggur". Dikisahkan seekor serigala lewat didekat sebuah pohon anggur. Serigala tersebut lapar dan tergiur akan anggur ranum itu namun tidak sanggup mengambilnya. Karena kecewa tidak bisa mendapatkan anggur, ia kemudian pergi dengan beranggapan bahwa anggur tersebut pastilah masam.


Referensi
 West, Richard dan Turner, Lynn H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi. Jakarta: PT. Salemba Humanika. Bab 7.